Kamis, 30 April 2009

Harga sebuah cinta

suatu hari, seorang teman mengirimkan majalah kepada saya yg berisi kisah tentang kehidupan sepasang suami - istri. bagi saya cerita itu sangat menarik untuk dipahami, khususnya bagi istri pegawai dan juga utk kaum hawa pada umumnya
beginilah cerita itu :


Harga sebuah cinta….

Cuti lebaran kali ini akhirnya kesampaian juga pulang kampong.terlebih uang yang dikumpulkan Nani dan suaminya Adi akhirnya memadai untuk menengok orang tua.
Nani sudah tak sabar ingin melepas rindu dan berbagi kebahagiaan bersama kedua orang tua dan seluruh saudaranya dikampung halaman.

Setelah sampai dikampung halaman Nanipun langsung melepas rindu denga kedua orang tuany dan saudara saudarany.pada keesokan harinya Nani segera mencari sahabat sahabatny,satu persatu ia kabari lewat hp,Nani meminta mereka untuk berkumpul dirumahny..

Rasanya tidak sabar menanti kemunculan wajah mereka,Nani ingin segera bercerita bercanda dengan mereka.Atika,Mimi,Tima dan Titin,tiba tiba,”hai..,”suara suara sahabatnya terdengar seperti koor didepan pintu.nanipun keluar menyambut.”Hai juga…”
Katanya sambil memeluk satu per satu sahabatny.”ayo,duduk dulu,aku siapin minum ya?
“mana Mas Adi dan anak anakmu ?”tanya mimi.”lagi jalan jalan tuh ga tau kemana.”ya udah kita jalan jalan juga dong.bagaimana kalu ketempat bakso langganan kita dulu,”ok”kata Nani.bentar ya,aku pamit dulu.untung tadi aku udah bilang ke Mas Adi.feeling mau diajak jalan ternyata benar,kata Nani,lalu pamit pada ayah dan ibu

Ternyata Atika yang membawa mobil advansa,ia menyetir sendiri.dalam hati Nani terpesona melihatnya.berlima rombongan merekapun segera meluncur..”eh Nan km kemarin datang naik kereta ya? apa nggak penuh?knp gak naik mobil sendiri aja kan enak gak desak desakan ,”kata atika pada nani”Naik mobol sendiri?aku gak punya mobil baru punya motor.itu jg motor kantor,”jawab Nani sekenanya.

“Haah ,gak punya mobil?km nikah udah 14 thn blm bs beli mobil?sedih amat…”kata Atika.Nani hanya tersenyum.diantara 5 orang ini memang Atika memang tdk pernah pakai perasaan kalau ngomong tp dia juga yang paling pengertian kalau ada yang kesusahan .
Teryata Atika belum puas,”Nan,Tina yang suaminya hanya jualan di toko aja,rumahnya ada dimana mana tuh.Titin suaminya juga pegawai negri sudah bisa bli mobil tuh,apalagi Mimi yang suaminya buka bengkel,mobilnya tiap har ganti tu..nani menjawab dengan sekenanya,”yang paling enak ya aku,biar ndak punya mobil tp punya teman yang hebat hebat.mau kemana aja tinggal minta dianter mau pinjem mobil tinggal ngomong.”duuh,jangan gitu dong,”kata Tima,Tima berusaha mengalihkan pembicaraan,





Tapi tampaknya Atika msh penasaran.”iya sih,tp apa ndak mau kayak sahabat sahabatmu ini?seandainy dulu kamu menikah sama Toni,barang kali keadaan mu tidak begini ya,”
Atika trus berceloteh,Nani tidak menimpali omonganya.pandanganya diarahkan keluar seakan menikmati kota kelahiranny itu.”eh dia sekarang udah jadi jaksa disulawesi lho.sudah tau?katanya lagi”sudah aku sudah tau.ya mu bagaimana lagi jodoh,rejeki,maut kan dah ada yang ngatur.tidak perlu diributkan.apa km udah ndak mau berteman denagan aku yang miskin ini?biar aku pulang aja nih..”bukan begitu Nan ini kan Cuma omong omong kita aja.dulu si Toni kan udah siap bener untuk menikahi km eh km malah pilih Mas Adi.padahal km kan udah tau kalau mas adi itu tentara yang pangkatnya kecil,gajinya kecil juga.belum lagi harus ditinggal tugas.lihat saja,sampai sekarang kehidupanmu sederhana trus kan?”Mimi angkat bicara,”habis mau bagaimana,wong Naninya cinta sekali sama Ms Adi.tapi nggak apa kok Tik.biarpun Nani belum punya mobil tp skrng dia tambah gaya.lihat aja tambah cantik kan?itu tandanya dia bahagia dengan Mas Adi.”

Waktu bergulir tak terasa waktu liburan udah selesai.Nani sudah harus bersiap siap untuk kembali.namun entah apa penyebabnya,mulai pagi hati Nani gusar,ada rasa enggan kembali kerumah diasrama,rumah sederhana milik negara yang entah sampai kapan akan ditempati.

Diatas kereta kembali terngiang celotehan Atika.”kenapa ya dulu aku mau dengan Mas Adi?tentara kan gajinya kecil?”Nani lalu terbayang bagaimana pusingnya ia membgi bagi gaji Mas Adi supaya cukup untuk hidup sebulan.untuk kebutuhan dapur,beli susu,sekolah dan les anak anak,bawa anak anak bermain,tabungan yang susah susah dikumpul tiap bln pun sdh hbs but 1 x nengok orang tua.kapan bisa punya rumah ya?kapan punya mobil?bagaimana kalau anak anak sudah kuliah nanti?segala pertanyaan menyembul membuat hati Nani kecewa.

Celoteh Atika mengganggu ketentraman hati Nani,”iya,ternyata Mas Adi tidak bisa membahagiakan aku seperti suami sahabat sahabatku itu,”kata hati kecilnya.bagaimana aku dan anak anakku nanti ya?Mas Adi hanyalah prajurit dengan pangkat kecil.tidak mungkin Mas Adi bisa sepeerti bapak komandan biarpun loyalitas sama sama 24jam.lalu?
Apa iya selama ini aku ikut kata Mas Adi karena aku mencintainya?”Nani mulai menggugat dirinya.sedikit penyesalan dihati Nani.”Ahhh,aku sudah alah pilih,”desahnya sendirian.mungkin Atika benar,harusnya dulu aku memilih Mas Toni.air bening mengambang dimatanya.

“turun dulu yuk,keretanya lagi istirahat sebentar ni?”suara Mas Adi membuyarkan lamunan Nani.”nggak lah males turun Mas aja,”suara Nani terdengar enngan.”bener ga mau turun?saya ajak anak anak ya,”Nani mengangguk dan memilih melanjutkan lamunanny.sesampai di jember semangat Nani untuk mendampingi Mas Adi mulai kurang


Nani mulai merasa kehilangan harapan masa depannya.Hhhh…..
hari itu Mas Adi pulang cepat dan mengeluh sakit kepala,”seluruh tubuhku kok sakit ya ma,”keluhnya.Nani menuntun Mas Adi masuk ke kamar.lengan Mas Adi terasa panas,Nani segera mengambil air dan lap kecil untuk mengompres.hingga menjelang malam Mas Adi gelisah dan tak bisa tidur.bulir bulir keringat terus mengalir seperti sedang berlari.Nani sudah memberikan tablet penurun panas.tapi panas tubuh Mas Adi makin tinggi dan ia mulai menggigil.dengan perasaan panik dan bingung Nani membawa Mas Adi ke dokter.setelah diperiksa dokter mengtakan sakit malaria Mas Adi kambuh.”biasa bu,prajurit bawa oleh oleh malaria dari tempat tugas oprasi.”kata dokter seakan menghibur.”tapi tidak boleh dianggap sepele bisa fatal juga.”Deg,jantung Nani berdegup kencang.

Mas Adi sudah tenang,ia tidak gelisah lagi,matanya sudah terpejam menikmati tidur.
Nani memandangi Mas Adi,ia tampak pucat tak berdaya.Nani lalu membetulkan selimut suaminya.tiba tiba hadir rasa ketakuta,takut kehilangan yang teramat sangat,menyesakkan dadanya.”oh Tuhan,”jerit Nani dalam hatinya.ia lalu membelai rambut suaminya.perlahan ia memeluk tubuh Mas Adi.ada kepedihan disitu.”Maafkan aku Mas Adi,”katanya pelan Nani merasakan penyesalan.”Ah betapa banyak tuntutanku.”padahal nyata terlihat betapa besar perjuangan Mas Adi untuk menghidupi istri dan anak anaknya.tak kenal hujan maupun panas,tak perduli daerah konvlik,tetap dimedan tugas.ia selalu siap berbakti dan berjuang demi Bangsa dan Negara,demi keluarga demi istri dan anak anaknya,

Air mata Nani mengalir pelan.ia segera menghapus takut terasa oleh Mas Adi.Nani lalu menaikkan doa buat suaminya.”cepat sembuh ya Mas Adi.”bisiknya pelan.Nani berkata pada dirinya sendiri .”Esok dan seterusnya aku akan selalu bersamamu,selalu disisimu,Mas,Cintaku tidak seharga mobil,Cintaku tidak seharga banyaknya rumah,Cintaku seharga jiwa dan ragamu,Suamiku.”*******

1 komentar:

  1. speechles...

    terharu mengharu biru, betapa mahal harga sebuah cinta.. mobil, rumah mewah, perhiasan sana sini tak kan bisa menggantikan ...

    salut ^_^ \\// make me cry..

    BalasHapus